Rabu, 01 Juli 2015

Pimpinan yg melayani (servant leadership)

"Sine qua non"; dalam kehidupan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan, baik atau buruknya kondisi suatu organisasi, bangsa dan negara banyak ditentukan oleh kualitas pemimpinnya dan kepemimpinan yang dijalankannya.
Para pemimpin diberi wewenang untuk mengelola sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan para para stake holder.

Di tangan para pemimpin itulah ditentukan bagaimana masa depan sebuah organisasi, dan di pundak para pemimpin itu digantungkan harapan2 yang dipimpin.
Kalau kepercayaan kepada pemimpin menurun, maka ini dapat mempengaruhi gerak organisasi yang pada akhirnya berdampak kepada para masyarakat yang menjadi stakeholder dari organisasi tsb.

Disuatu daerah, utamanya dalam konteks kinerja Kepolisian, beberapa indikator yang bisa dijadikan sarana mengukur kemampuan kepemimpinan seseorang, adalah antara lain:
-  Bagaimana kondisi kamtibmas dan kegiatan penegakkan hukum yang ada,
-  Bagaimana pelayanan kepolisian kepada publik yang dirasakan masyarakat,
- Seberapa banyak masalah penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh anggota disana
- Bagaimana seorang pemimpin mampu ketika dihadapkan pada situasi krisis terutama dalam hal antisipasinya.

Tidak dapat disangkal bahwa peran pemimpin dalam organisasi Kepolisian, mampu memberi pengaruh (positif atau negatif) pada kondisi gatra-gatra ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan (Ipoleksosbudhankam) yang pada akhirnya berpengaruh pada kondisi ketahanan nasional dan ketahanan daerah.

Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu seni (art) dan ilmu (science) untuk mempengaruhi orang lain, atau orang-orang yang dipimpin sehingga dari orang-orang yang dipimpinnya timbul suatu kemauan, respek, kepatuhan dan kepercayaan terhadap pemimpin untuk melaksanakan apa yang dikehendaki oleh pemimpin, atau tugas-tugas dan tujuan organisasi, secara efektif dan efisien.

Seni kepemimpinan mengandung arti suatu kecakapan, kemahiran dan keterampilan tertentu untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpin.

Sedangkan ilmu kepemimpinan mengandung sejumlah ajaran atau teori kepemimpinan yang telah dibuktikan dengan pengalaman, yang dapat dipelajari atau diajarkan.
Fungsi pemimpin adalah untuk menggerakkan para pengikut agar mereka mau mengikuti atau menjalankan apa yang diperintahkan atau dikehendaki pemimpin.

Hubungan antara pemimpin dengan orang-orang yang dipimpinnya bersifat pembimbingan, pemberian arah, pemberian perintah / instruksi, pemberian motivasi (dorongan) dan pemberian teladan untuk mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa : pemimpin adalah pengaruh.
Ada orang-orang tertentu yang dilahirkan dengan bakat sebagai pemimpin (leaders are born), namun sebagian besar pemimpin diciptakan (leaders are made) melalui suatu proses, tumbuh dan berkembang dari bawah, ditempa oleh berbagai pengalaman, ketekunan dan kerja keras serta tidak berhenti belajar sepanjang hidupnya.

Kualitas pemimpin pada umumnya dibentuk melalui suatu proses yang memerlukan waktu dan upaya, bukan didapat secara instan dalam waktu singkat.
Untuk memimpin atau mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya, seorang pemimpin dapat menggunakan tipe dan gaya kepemimpinan seperti:
- demokratis (mengutamakan partisipasi dari yang dipimpin),
- paternalistik (kebapak-bapakan),
- birokratis (berdasarkan aturan),
- bebas (laissez-faire),
- autokratis / otoriter (menggunakan kekuasaan mutlak),
- atau gabungan dari beberapa tipe kepemimpinan tersebut.

Kadang-kadang tipe kepemimpinan tersebut digunakan secara situasional untuk mencapai suatu tujuan dalam jangka waktu tertentu.

Seorang komandan pasukan militer menggunakan kepemimpinan otoriter terhadap prajuritnya untuk memenangkan suatu pertempuran atau menghadapi ancaman musuh. Kepemimpinan otoriter efektif digunakan untuk mengatasi situasi darurat yang memerlukan penanganan segera.

Berbeda dengan komandan militer; dalam dunia kepolisian, beberapa perubahan mulai terjadi dimana banyak pemimpin yang cenderung memakai kepemimpinan demokratis dengan cara diskusi dengan anggotanya.

Ada pula beberapa pemimpin yang saya amati menggunakan gaya kepemimpinan birokratis terhadap anggotanya.

Beberapa orang bahkan menggunakan gaya paternalistik dan "Klanistik" dimana orang tsb seperti sedang membangun sebuah "dinasti" dengan membuat norma bahwa beberapa pejabat dilingkungan organisasi ttt harus melalui rekomendasi ybs atau akan ditolak. Sementara rekomendasi yang dikeluarkan ternyata bukan berdasar pada sebuah parameter yang terukur namun lebih kepada upaya membangun loyalitas agar pejabat dibawahnya mudah dikontrol oleh ybs.

Namun demikian, apa pun tipe dan gaya kepemimpinan yang digunakan, semuanya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.

Kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership) merupakan suatu tipe atau model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa.

Para pemimpin-pelayan (Servant Leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya. Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan standar moral spiritual.
Kepemimpinan yang melayani memiliki kelebihan karena hubungan antara pemimpin (leader) dengan pengikut (followers) berorientasi pada sifat melayani dengan standar moral spiritual.

Pemimpin-pelayan mempunyai tanggung jawab untuk melayani kepentingan pengikut agar mereka menjadi lebih sejahtera, sebaliknya para pengikut memiliki komitmen penuh dalam bekerja untuk mencapai tujuan organisasi dan keberhasilan pemimpin.

Kepemimpinan yang melayani dapat diterapkan pada semua bidang profesi, organisasi, lembaga, perusahaan (bisnis) dan pemerintahan karena kepelayanan bersifat universal.

Beberapa ciri dan keutamaan kepemimpinan yang melayani yang harus melekat pada diri seorang pemimpin-pelayan adalah sebagai berikut :

1. Memiliki Visi Pemimpin.

Visi adalah arah ke mana organisasi dan orang-orang yang dipimpin akan dibawa oleh seorang pemimpin. Pemimpin ibarat seorang nakhoda yang harus menentukan ke arah mana kapal dengan penumpangnya akan diarahkan.

Visi sama pentingnya dengan navigasi dalam pelayaran. Semua awak kapal menjalankan tugasnya masing-masing, tetapi hanya nakhoda yang menentukan arah kapal untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.

Visi pemimpin akan menginspirasi tindakan dan membantu membentuk masa depan, pengaruhnya lebih kuat terhadap orang-orang yang bekerja untuk kepentingan organisasi. 
Visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya dan menjembatani masa kini dengan masa depan yang lebih baik sesuai kondisi (sosial politik, ekonomi dan budaya) yang diharapkan.

Visi juga mengandung harapan-harapan (atau bahkan mimpi) yang memberi semangat bagi orang-orang yang dipimpin. Ada ungkapan bahwa pemimpin adalah “pemimpi” (tanpa n) yang sanggup mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan.

Visi pemimpin-pelayan adalah memberi arah ke mana orang-orang yang dipimpin dan dilayani akan dibawa menuju keadaan yang lebih baik misalnya menyangkut :
- penanggulangan gangguan keamanan,
- antisipasi ketidak tertiban
- Mendukung keberlanjutan pembangunan Nasional
- peningkatan kesejahteraan anggota
- perbaikan kemampuan organisasi Polri
- menjadikan Polri yang mampu dipercaya dalam menciptakan rasa keadilan di masyarakat.

Burt Nanus dalam bukunya Kepemimpinan Visioner mengatakan: "Tak ada mesin penggerak organisasi yang lebih bertenaga dalam meraih keunggulan dan keberhasilan masa depan, kecuali visi yang menarik, berpengaruh, dan dapat diwujudkan, serta mendapat dukungan luas".

2. Orientasi pada Pelayanan.

Pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan, bukan untuk mencari pujian atau penghormatan diri. Sikap melayani terutama ditujukan untuk mereka yang paling membutuhkan pelayanan.

Ia harus berpihak kepada anggota dan masyarakat yang dilayani. Pelayanan sejati didorong oleh rasa cinta kasih, bukan untuk mencari popularitas atau mendapatkan pamrih tertentu. Pelayanan sejati adalah buah dari cinta kasih.

Setiap kita sekolah, saya selalu mendengar beberapa rekomendasi peserta didik yang menginginkan agar ada kenaikan anggaran. Namun sering timbul pertanyaan di kalangan masyarakat : Apakah dengan kenaikan anggaran Polri, maka terjadi juga perbaikan pada pelayanan masyarakat ?

Pemimpin-pelayan berorientasi pada pelayanan masyarakat yang paling bawah karena ia memegang mandat mayoritas rakyat yang memerlukan pelayanan.

Peningkatan pada anggaran belanja harus disertai dengan perbaikan pada pelayanan masyarakat, bukan sebaliknya memberi peluang pada penyalahgunaan keuangan seperti yang kerap terjadi di akhir tahun; menggenjot kegiatan agar dana terserap.

3. Membangun Kepengikutan (Followership).

Pemimpin-pelayan mengutamakan terciptanya kepengikutan (followership) karena dalam kenyataannya keberhasilan organisasi lebih banyak ditentukan oleh para pengikut atau para pemimpin di bawahnya.

Penelitian yang dilakukan Profesor Robert E. Kelley, pelopor pengajaran Followership and Leadership dari Carnegie-Mellon Unversity, menunjukkan bahwa keberhasilan organisasi 80 persen ditentukan oleh para pengikut (followers) dan 20 persen merupakan kontrubusi pemimpin (leader).

Pengikut yang bekerja dengan semangat dan memiliki komitmen penuh akan menentukan keberhasilan pemimpin.

Pemimpin yang bekerja sendiri (single player/ single fighter) dan tidak menciptakan pengikut tidak akan mencapai hasil yang diharapkan.

Pengalaman menunjukkan ada pemimpin yang secara pribadi memiliki kemampuan dan pandai, tetapi kurang berhasil dalam memimpin karena tidak menciptakan pengikut yang solid.

Pemimpin-pelayan mengatakan setiap keberhasilan sebagai keberhasilan “kita” dari pada keberhasilan “saya” atau “kami”. Sebaliknya apabila terjadi kegagalan, merupakan kegagalan “saya” dan pemimpin bersedia memikul tanggungjawab.

4. Membentuk Tim dan Bekerja dengan Tim.

Pemimpin-pelayan harus membentuk tim (team work) dan bekerja dengan tim tersebut. Ia meminta tim untuk mengikutinya, menjelaskan visi dan misi, serta mempercayakan timnya untuk bekerja.
Pemilihan anggota tim atau staf/ pembantu sangat penting agar ia dapat berhasil mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Ia harus pandai-pandai memilih orang-orang kaya arti yang mau bekerja keras untuk organisasi, bukan orang yang miskin arti yang tidak berbuat apa-apa, atau orang berlawanan arti yang cenderung menimbulkan masalah bagi organisasi.

Diilustrasikan seperti sekelompok orang yang memikul beban (beban tugas organisasi), ada yang benar-benar memikul beban, ada yang pura-pura memikul dan ada yang bergelantungan pada beban yang dipikul.

Pemimpin harus memiliki kejelian memilih anggota tim, antara lain melalui rekam jejak (track record), bakat (talenta), pekerja keras, kapabiltas, mentalitas dan moralitas anggota tim.

5. Setia pada Misi.

Kalau visi adalah arah ke depan ke mana bahtera organisasi akan dibawa, maka misi adalah bagaimana menjalankan tugas-tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pemimpin membuat rencana-rencana yang dikaitkan dengan jangka waktu tertentu, program-program kerja serta perangkat lain yang membantunya dalam menjalankan misi.

Misi pemimpin-pelayan adalah melayani mereka yang membutuhkan. Ia harus selalu setia pada misi pelayanan dalam kondisi apa pun, kondisi baik atau buruk, karena dengan demikian tujuan organisasi dapat dicapai. Kesetiaan pada misi, juga diterapkan secara konsisten dan konsekuen pada penggunaan anggaran untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, karena dana/ anggaran itu berasal dari rakyat.

6. Menjaga Kepercayaan.

Menjadi pemimpin adalah menerima kepercayaan dari Tuhan Yang Maha Kuasa melalui organisasi atau pemerintah untuk memimpin rakyat.

Bila seorang pemimpin mengkhianati dan kehilangan kepercayaan dari organisasi dan rakyat yang dipimpinnya maka sebenarnya ia sudah kehilangan roh kepemimpinannya, walaupun jabatan formal sebagai pemimpin masih melekat padanya.

7. Mengambil Keputusan.

Keputusan pemimpin adalah kekuatan dalam memimpin dan mengelola organisasi. The power to manage is the power to make decision. Seorang pemimpin-pelayan harus berani mengambil keputusan yang membuktikan keberpihakannya hukum dan keadilan.

8. Melatih dan Mendidik Pengganti.

Apa yang dilakukan oleh Para pemimpin Polri dengan melatih dan mendidik pengganti (membentuk kader) merupakan kewajiban seorang kita bersama.

Seharusnya ada beberapa lapisan kader pengganti dalam rangka mencapai suksesi kepemimpinan yang smooth.

Bertambahnya usia seorang pemimpin mengakibatkan kemampuan fisik dan daya pikirnya berkurang dan proses regenerasi tidak dapat dihindari.

Namun dalam kenyataannya, sifat legawa makin sulit ditemukan pada diri para pemimpin. Pemimpin cenderung berkeinginan selama mungkin berkuasa, sementara kader-kader potensial tersingkir karena faktor usia atau faktor-faktor lain (politik, ekonomi, egosime kelompok dll).

Pemimpin-pelayan mendidik dan melatih pengganti karena ia tidak berorientasi pada kekuasaan tetapi pada pelayanan. Baginya purnatugas identik dengan alih tugas karena masih banyak tugas-tugas pelayanan lain yang bisa dilakukannya di tengah masyarakat.

9. Memberdayakan kaum Perempuan. 

Pemimpin-pelayan menggunakan manajemen “Omega” yaitu gaya kepemimpinan Alpha yang maskulin dan Beta yang feminin, sebab dengan mengendalikan energi spiritual, baik laki-laki maupun perempuan bisa diberdayakan menjadi pemimpin-pemimpin yang dibutuhkan pada masa mendatang.

SDM kaum perempuan memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang tidak dimiliki kaum laki-laki. Pemimpin harus pandai-pandai menggunakan kemampuan kaum perempuan untuk keberhasilan tugas organisasinya.

10. Memberi Tanggung Jawab.

Memberi tanggungjawab kepada bawahan adalah memberi kesempatan kepadanya untuk berkembang dan tentu saja mengawasi serta kemudian meminta pertanggungjawaban. Membuat orang bertanggungjawab adalah memberi mereka kesempatan menggapai keberhasilan, dan hal itu dimulai dari hal-hal yang kecil.

11. Memberi Teladan.

Ada pendapat bahwa anak-anak lebih banyak belajar dari apa yang mereka lihat, ketimbang apa yang mereka dengar. Buku-buku panduan dan buku instruksi tidak dapat secara langsung membangun kultur organisasi pada anggota.

Pemimpin memberi teladan dengan apa yang mereka lakukan. Sesudah itu ia menganjurkan pengikutnya untuk melakukan apa yang diteladaninya, dan kemudian mengharuskan mereka mengikuti teladan itu.

Salah satu contoh sederhana adalah soal menepati waktu untuk mengikuti suatu acara atau undangan. Kebiasaan menggunakan “jam karet” dapat diatasi apabila pemimpin datang tepat waktu dan acara segera dimulai, walaupun belum semua undangan hadir.

Sebaliknya bila semua orang berpikir belum banyak orang datang pada waktu yang ditentukan maka kebiasaan “jam karet” akan terus berlanjut seperti lingkaran setan yang tidak berujung.

12. Menyadari Pentingnya Hubungan/ Komunikasi.

Begitu pentingnya komunikasi antara pemimpin dan yang dipimpin sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah urat nadinya kepemimpinan. Komunikasi sangat menentukan tingkat keefektifan kepemimpinan seorang pemimpin. Kegagalan dalam berkomunikasi atau miskomunikasi dalam kepemimpinan ibarat urat nadi darah yang tersumbat sehingga orang menjadi sakit.

0 komentar:

Posting Komentar